Anak Balita Menguasai Konsep Matematika
Anak usia di bawah lima tahun sudah menguasai konsep
penjumlahan. Anak-anak di bawah usia lima tahun (balita) ternyata dapat
menyelesaikan jenis operasi matematika tertentu sebelum memperoleh pelajaran
matematika secara formal, demikian hasil penelitian.
Tanyalah seorang anak berumur 5 tahun, apakah 13 ditambah 17
lebih besar atau lebih kecil daripada 50. Maka, Anda akan terkejut melihat
hasilnya. Untuk mengetahuinya, para peneliti melakukan operasi serupa
menggunakan peragaan visual.
Dalam penelitian pertama, anak-anak dihadapkan pada 13 titik
berwarna biru di layar komputer. Kemudian ditambahkan 17 titik berwarna biru
lainnya sebelum kemudian digabungkan. Setelah itu, mereka diperlihatkan 50
titik berwarna merah dan ditanya mana lebih banyak, titik berwarna biru atau
berwarna merah.
Dengan cara seperti ini, ternyata sekitar dua pertiga dari
jawaban yang diberikan benar yaitu titik berwarna merah lebih banyak daripada
titik biru.
Dalam percobaan yang lain, anak-anak diminta untuk
membandingkan jumlah titik berwarna biru di layar dengan suara ketukan sejumlah
titik yang berwarna merah. Sekali lagi, mereka mampu menentukan mana yang lebih
besar. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep abstrak tentang angka
yang melibatkan banyak sensor pengenal, seperti halnya orang dewasa.
Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki intuisi
sejak lahir terhadap matematika yang mungkin dapat digunakan sebagai dasar agar
pelajaran sekolah lebih menyenangkan.
"Apa yang menjadi pusat perhatian pada angka setelah
dewasa adalah dapat menentukan angka 7, misalnya, dengan jumlah sesuatu yang
bermacam-macam," kata Elizabeth Spelke, seorang psikolog di Harvard
University yang juga principal investigator dalam penelitian ini. "Kami
dapat mengatakan terdapat tujuh titik tapi juga terdapat suara yang keluar
tujuh kali. Meskipun melibatkan rangsangan sensor yang berbeda, jumlahnya
sama."
Penelitian terakhir yang dilakukan pada bayi dan primata
menunjukkan bahwa kemampuan ini sudah diperlihatkan sebelum umur 5 tahun.
"Saya pikir, percobaan terhadap bayi dan monyet menunjukkan bahwa
kemampuan ini bawaan lahir," kata Spelke.
Karena intuisi matematika terbukti diperlihatkan sejak dini,
anak-anak dapat meningkatkan kemampuannya untuk memecahkan berbagai bentuk
masalah aritmatika yang harus dihadapi di sekolah.
Menghindari tekanan
Seorang anak pertama kali menghadapi matematika di bangku
sekolah dasar, dan beberapa mampu menyelesaikan penambahan dan pengurangan
dengan baik, sedangkan perkalian dan pembagian merupakan proses yang panjang
dan membutuhkan tekanan.
"Anak-anak merasa bahwa simbol matematika tidak begitu
sulit, dan menarik sehingga anak-anak menyukai percobaan kami," kata
Spelke. "Di sana ada permainan, anak-anak sangat menyukai permainan dan
mereka juga nyaman di sana," tambahnya. Anak-anak bermain matematika tanpa
merasakannya.
Spelke menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan
tapi ia percaya para guru seharusnya menggunakan pengetahuan ini untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswinya terhadap kemampuan matematika, dan
membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan dan menantang.
Cara-cara abstrak untuk mengajar matematika dapat juga
digunakan untuk mengajarkan simbol-simbol matematika yang harus dihadapai agar
menjadi sangat trampil di kemudian hari.
"Apa yang diperlihatkan oleh penelitian kami
menunjukkan bahwa anak-anak memiliki pemahaman terhadap penambahan dan angka.
Oleh karena itu, kami berharap dapat mengasah kemampuannya kepada instruksi
matematika yang lebih rumit," kata Spelke.
Temuan ini dijelaskan dalam jurnal Proceedings of the
National Academy of Sciences edisi 12 September.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar